Indonesian Action Figure


wooow ...
i'm really proud of my country.....
my country has been make a big step/.....
(Ah ribet bhsa inggris)

Surabaya Toy Festival (STF) yang berlangsung di atrium Mal Galaxy kemarin (7/6) dihadiri Gatotkaca dan personel lengkap Pandawa Lima. Yakni, si kembar Nakula Sadewa, Bima, Arjuna, dan Yudhistira. Enam tokoh pewayangan itu muncul dalam bentuk action figure karya Ingus Terbang, komunitas mainan asal Jakarta yang baru pertama datang ke Surabaya.

Penggambaran enam tokoh wayang tersebut cukup menarik. Bima, misalnya, digambarkan memiliki tubuh kekar lengkap dengan rambut gondrong plus cambang. Wajah bapak Gatotkaca tersebut menunjukkan ekspresi marah, sementara tangan kanannya memegang gada. Bima telanjang dada. Bagian bawahnya bercelana hitam dan dilapisi kain batik.

Menurut Leorezca Agung, tokoh di balik penciptaan action figure Gatotkaca dan Pandawa Lima, dirinya mendapatkan penggambaran enam sosok tersebut melalui riset yang cukup mendalam. "Jadi, saya lihat di museum wayang di Jakarta. Saya juga lihat di komik-komik asli Indonesia. Setelah itu, saya bikin jajak pendapat kecil-kecilan ke orang-orang di sekitar," kata cowok yang kerap dipanggil Reza tersebut.

Setelah mendapatkan banyak masukan, Reza mencari sosok awal. Maksudnya, action figure yang sudah jadi untuk kemudian diolah kembali. "Yang saya utamakan bentuk badannya," kata cowok 23 tahun itu. Sosok Bima, misalnya. Bentuk tubuhnya yang besar mirip dengan sosok Sagat, salah seorang karakter dalam video game Street Fighter. Reza pun mencari action figure Sagat.

Setelah ketemu, action figure tersebut diolah. Misalnya, menambahkan celana, sandal, rambut, dan mahkota. Semua tambahan itu menggunakan bahan clay (semacam tanah liat) yang diukir dan diwarnai. Dia pun menambahkan kain batik sebagai ciri khas Jawa. "Saya sengaja tidak membuat secara detail biar yang melihat tertarik buat cari tahu sendiri. Secara tidak langsung, orang kan belajar sejarah," jelasnya.

Saat ini, action figure tersebut memang belum diproduksi secara masal. Sebab, itu merupakan hasil tugas akhir Reza di Jurusan Desain Grafis Universitas Tarumanegara, Jakarta. "Pengin sih bikin banyak, apalagi setiap orang yang lihat bilang pengin beli. Soalnya, ini baru. Biasanya, action figure kan dari Barat semua. Tapi, kami belum punya modal cukup," tutur cowok berkacamata tersebut.

Selain stan milik Ingus Terbang, STF yang berlangsung untuk kali ketiga itu diikuti puluhan produsen mainan lainnya. "Kali ini kami lebih menekankan kepada industri mainan. Terutama yang berasal dari anak bangsa," kata Endy Iskandar, creative producer STF 2009.

0 komentar:



Posting Komentar

Gamez